Makna Mitos dalam Tradisi Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut Kabupaten Tanjab Timur

Authors

  • Anisa Rahmadina Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi
  • Eddy Pahar Harahap Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi
  • Hilman Yusra Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi

DOI:

https://doi.org/10.46918/idiomatik.v8i1.2646

Keywords:

Mitos, Mandi Shafar, Semiotika

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang terkandung dalam tradisi Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Meskipun tradisi ini terus dilakukan secara turun-temurun, banyak masyarakat, khususnya generasi muda, yang kurang memahami makna di balik simbol-simbol yang digunakan dalam ritual ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna mitos, yakni makna simbolik dan ideologis dari benda-benda dalam tradisi Mandi Safar, berdasarkan teori semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data penelitian berupa simbol atau benda yang digunakan dalam tradisi Mandi Safar yang dianalisis berdasarkan konsep penanda, petanda, dan tanda dalam teori Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi Mandi Safar terdapat sembilan simbol yang memiliki makna mitos, yaitu: (1) menara sebagai lambang keesaan Tuhan, (2) tingkat tiga menara melambangkan iman, Islam, dan ihsan, (3) fondasi menara berbentuk segi empat merepresentasikan empat unsur penciptaan manusia, (4) daun mangga sebagai pelindung dari penyakit, (5) kain putih sebagai simbol kesucian, (6) telur ayam sebagai bekal kehidupan, (7) payung sebagai perlindungan dan kesetiaan, (8) janur sebagai simbol perayaan dan keharmonisan antar umat beragama, serta (9) air sebagai media pembersihan diri. Berdasarkan temuan ini, penelitian ini menyarankan agar masyarakat terus melestarikan tradisi Mandi Safar sebagai bagian dari warisan budaya.

References

Akbar, O., Fitria, Y., & Wahyuni, I. (2022). Makna simbolik pada tokoh reptil dalam naskah drama Republik Reptil karya Radhar Panca Dahana. AKSARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, 8(2), 315–328.

Ashbuli, M. (2018). Ritual budaya mandi Safar: Pendekatan hukum Islam dalam perspektif sejarah Islam di Indonesia (Studi kasus di Desa Tanjung Punak Pilau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau). Jurnal Bimas Islam, 11(1), 25–40.

Barthes, R. (2017). Elemen-elemen semiologi (A. Soelistyo, Trans.). Yogyakarta: Basabasi. (Karya asli diterbitkan tahun 1969)

Datu, R., Yani, I., & Karim, S. (2022). Ritual mandi menolak bala: Fungsi sosial budaya mandi Safar di Desa Biniha Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Taddayyun: Journal of Religion, Social and Humanities Studies, 2(1), 1–15.

Gusal, L. O. (2015). Nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat Sulawesi Tenggara karya La Ode Sidu. Jurnal Humanika, 3(15), 35–46.

Nasrimi. (2021). Mitos-mitos dalam kepercayaan masyarakat. Serambi Akademica: Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora, 9(11), 72–81.

Novitasari, N., & Arnesih, A. (2020). Makna tradisi mandi Safar pada masyarakat Daik Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga tahun 2010–2019. Historia: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 8(2), 112–123.

Sugiyono. (2020). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Edisi ke-4). Bandung: Alfabeta.

Published

2025-06-30

How to Cite

Makna Mitos dalam Tradisi Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut Kabupaten Tanjab Timur (A. Rahmadina, E. P. Harahap, & H. Yusra, Trans.). (2025). Jurnal Idiomatik: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 8(1), 25-33. https://doi.org/10.46918/idiomatik.v8i1.2646