TINGKAT KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE PESISIR TABONGO KABUPATEN BOALEMO
DOI:
https://doi.org/10.46918/eboni.v5i2.2038Keywords:
mangrove, keanekaragaman, kelimpahan, molluscaAbstract
Ekosistem mangrove mempunyai peran dan fungsi tertentu sebagai suatu ekosistem yang banyak dihidupi oleh fauna yang saling berasosiasi dengan ekosistem mangrove itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan kelimpahan fauna akuatik jenis mollusca. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey, dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. jenis mollusca yang ditemukan pada kawasan mangrove pesisir Langala yaitu terdiri dari delapan yang terbagi atas tujuh family dan tujuh genus yang terdiri dari delapan spesies yaitu, Hexaplex trunculus, Nerita artikulata, Terebralia sulcata, Terebralia palustris, Faunus ater, Elliptio complanata, Cerastoderma edule dan Anadara antiquate. Hasil perhitungan keanekaragaman fauna akuatik untuk jenis Mollusca nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun I yaitu H’= 1,94, yang mendominasi pada jenis Mollusca ini adalah Faunus ater. Indeks kelimpahan tertinggi untuk jenis Mollusca yang tertinggi terdapat pada spesies Anadara antiquate dengan nilai kelimpahan 34,54% dan spesies yang terendah adalah Nerita artikulata nilai indeks kelimpahan 16,18%. Jenis Mollusca yang sudah berada dalam status konservasi yaitu Nerita artikulata, Faunus ater, Elliptio complanata dengan status konservasi Least Concern.
References
Chairunnisa, R., 2004. Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kawasan Hutan Mangrove KPH Batu Ampa, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Skripsi, Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institute Pertanian Bogor, 69 hlm, http://repository.ipb
Dinas Kehutanan Pertambangan Dan Energi. 2010. Inventarisasi potensi mangrove Kabupaten Boalemo. Gorontalo: Dinas Kehutanan Kabupaten Boalemo.
Hadija, Kuswinanti, T., M. Jayadi, and S. T. Larekeng. "Soil function analysis in determining the soil quality index of paddy fields in Salassae Village, Bulukumba Regency, South Sulawesi Province, Indonesia." Agricultural Science Digest-A Research Journal 43.1 (2023): 40-45. 10.18805/ag.DF-476
Hendy. Ian W. Laura Michie and Ben W. Taylor. 2014. Habitat creation and biodiversity maintenance in mangrove forests: teredinid bivalves as ecosystem engineers. PeerJ 2:e591;
Kartawinata, K. S. Adisoemarto, S. Soemodihardjo dan I.G.K Tantra. 1978. Status Pengetahuan Hutan Bakau Di Indonesia. Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove di Jakarta: MAB Indonesia dan Lembaga Osenologi Nasional.
Kordi,K.M.G.H. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. Jakarta. Penerbit: Rineka Cipta, 256 Hal.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press. Jogjakarta. H. 134-162.
Reseck Jr., Jhon. 1980. Marine biology. 2nd. Edit. Pretince-Hall Inc. New Jersey.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susiana. 2011. Diversitas dan Kerapatan Mangrove, Gastropoda dan Bivalvia di Estuari Perancak, Bali. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Zahid, A, Simanjuntak, CPH, Rahardjo MF & Sulistiono, 2011, Iktiofauna Ekosistem Estuari Mayangan, Jawa Barat, Jurnal Iktiologi Indonesia, vol.11, no. 11, no. 1, 77-85.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Jurnal Eboni © 2019 by LPPM UMMA is licensed under Creative Commons Attribution 4.0 International