TEKNOLOGI PRODUKSI KENTANG TROPIKA MELALUI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI SULAWESI SELATAN
Tropical Potato Production Technology through The Integrated Plant Management Based on Local Resources in South Sulawesi
Keywords:
Kentang, PTT, Dataran TinggiAbstract
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan satu paket rekomendasi pengelolaan tanaman terpadu kentang di Sulawesi Selatan. Pengkajian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Desember 2016. di Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari empat paket perlakuan tiga ulangan. Paket teknologi A terdiri dari Penggunaan pupuk kandang ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O; Pengendalian OPT: Subsoiling, Solarisasi, Perangkap kuning, dan Tagetes. Paket teknologi B yaitu Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK Super 450 kg/ha; Pengendalian OPT: Subsoiling. Perangkap kuning, dan Tagetes. Paket teknologi C yaitu Penggunaan pupuk kandang terfermentasi (decomposer Trichoderma spp); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O; Pengendalian OPT: Subsoiling, Perangkap kuning, dan tagetes. Paket teknologi D yaitu paket pengelolaan tanaman kentang menggunakan cara petani dengan melakukan survey pada 25 orang petani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Paket teknologi A yaitu pengelolaan terpadu tanaman kentang (Dosis pukan ayam 20 t/ha: 50 kg N; 110 kg P2O5; 40 kg K2O per ha, subsoiling, solarisasi tanah, perangkap kuning, penanaman tagetes) dapat menghasilkan produksi kentang G3 sama dengan teknologi yang diterapkan petani dengan dosis pupuk anorganic 2 kali lipat. Paket teknologi A dapat memberikan produktivitas 20,86 t/ha, dan paket teknologi D (yang diterapkan petani) memberikan produktivitas 20,14 t/ha. Sedangkan paket teknologi B (Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK Super 450 kg/ha; subsoiling, solarisasi tanah, perangkap kuning, penanaman tagetes) memberikan produktiviats paling rendah yaitu 14,21 t/ha.